Pernah dengar tentang nikel? Itu adalah logam yang dipakai dalam berbagai hal, dari baterai hingga pembuatan baja. Ternyata, nikel ini nggak cuma muncul begitu aja, lho. Nikel biasanya ditemukan dalam bentuk bijih di alam, dan proses mengambilnya dari batuan itu membutuhkan teknik yang cukup canggih. Salah satunya adalah lewat proses yang disebut pelindian (atau leaching dalam bahasa teknisnya).
Nah, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Emsal Yanuar, Sayid Muh. Aidil Alkaf, dan Syamsul Bahtiar dari Universitas Teknologi Sumbawa, mereka mencoba melihat cara terbaik buat mengekstraksi nikel dari bijih nikel laterit yang ada di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Mereka pengen tahu, kalau pakai jenis asam yang berbeda-beda, kira-kira hasil ekstraksinya bakal beda nggak, ya?
Peneliti ini pakai tiga jenis asam buat uji coba: asam sulfat (yang biasa ditemukan di aki mobil), asam fosfat (yang sering ada di bahan kimia rumah tangga), dan asam asetat (alias cuka, tapi yang lebih kuat tentunya). Dengan masing-masing asam ini, mereka coba memisahkan nikel dari batuannya.
Nah, caranya gimana? Pertama, mereka ngumpulin sampel bijih nikel dari Pomalaa dan menghancurkannya sampai halus. Kemudian, mereka melakukan kalsinasi, yaitu memanaskan bijih nikel ini pada suhu tinggi untuk mengubah bentuk senyawanya, tanpa melelehkannya. Setelah itu, barulah proses pelindian dilakukan. Sampel bijih yang sudah halus dicampur dengan asam yang berbeda tadi dan dipanaskan lagi pada suhu 90°C sambil diaduk selama beberapa jam. Setelah proses ini selesai, mereka mengukur berapa banyak nikel yang berhasil diekstraksi dari bijih tersebut menggunakan teknik yang disebut Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Hasilnya? Asam sulfat ternyata juaranya dalam hal ini! Dengan konsentrasi asam yang lebih tinggi, asam sulfat bisa mengeluarkan nikel paling banyak dari bijihnya. Asam fosfat menyusul di tempat kedua, sedangkan asam asetat, walau mungkin lebih akrab di dapur, ternyata nggak begitu efektif dalam hal ini.
Penelitian ini penting banget karena dengan mengetahui jenis dan konsentrasi asam yang paling efektif, kita bisa mengekstraksi nikel dengan lebih efisien dan ekonomis. Dan kalau ekstraksi nikel lebih efisien, itu artinya biaya produksi bisa ditekan, dan barang-barang berbahan nikel bisa jadi lebih murah.
Jadi, kalau kamu pernah penasaran gimana sih nikel yang ada di baterai atau ponsel kamu bisa sampai ke tanganmu, penelitian ini adalah salah satu langkah kecil tapi penting dalam proses panjang itu. Lumayan seru juga kan, belajar sains dari hal-hal yang ada di sekitar kita?