Kegiatan FGD (Forum Group Discussion) yang telah dilaksanakan pada Sabtu, 20 April 2024 di Hotel Sumbawa Grand Hotel, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini merupakan bagian integral dari penelitian yang berjudul “Studi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Peternak serta Dokter Hewan Tentang Antibiotik, Residu Antibiotik, dan Resistensinya di Kabupaten Sumbawa”. Penelitian ini merupakan kerjasama antara dua lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). Pendanaan untuk penelitian ini diperoleh dari Institut Pertanian Bogor melalui skema Hibah Riset Fundamental, adapun Nurul Amri Komarudin, S.Si., M.Si (Dosen Teknik Lingkungan) dan Fahrunnisa, S.Sos., M.Si (Dosen Sosiologi) merupakan merupakan perwakilan UTS yang ikut terlibat menjadi anggota TIM dalam penelitian ini.
Kegiatan FGD ini menjadi langkah penutup dari serangkaian kegiatan penelitian, yang sebelumnya telah dilakukan wawancara mendalam dengan berbagai pihak terkait, seperti peternak, dokter hewan, pemilik toko obat, penjual hewan ternak, dan perwakilan industri peternakan di Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini diketuai oleh Ibu Nurul Jannah, P.hD., Dosen Teknik dan Manajemen Lingkungan, Sekolah Vokasi, IPB University dengan anggota drh. Heryudiantov, M.Si., Fariz A. M, S.Pt., M.Si., dan Yudith Vega Paramitadevi, S.T., M.Si. Ketiganya merupakan dosen Sekolah Vokasi, IPB University.
FGD tersebut melibatkan seluruh peternak di Kecamatan Sumbawa dan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa. Tujuan dari FGD adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan, sikap, dan praktik peternak serta dokter hewan terkait dengan penggunaan antibiotik, residu antibiotik, dan resistensi bakteri di lingkungan peternakan.
Dalam FGD, beberapa aspek yang didiskusikan meliputi: Kesehatan hewan dan manajemen peternakan; Hubungan antara peternak, dokter hewan, dan perusahaan farmasi; Peraturan serta kebijakan tentang penggunaan antibiotik.
Para peserta FGD dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk memfasilitasi diskusi yang lebih intensif dan interaktif. Setiap kelompok diberi moderator yang bertugas untuk memandu diskusi sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebelumnya.
Selain itu, peran fasilitator juga telah berperan penting dalam kelancaran jalannya FGD. Para fasilitator ini merupakan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memoderasi diskusi dan memfasilitasi kelompok. Dalam FGD ini, peran fasilitator diemban oleh Pak Lalu Ahmad Taubih, Pak Opi (Keduanya merupakan Dosen Ilmu Komunikasi di UTS), Mas Galan, Mas Made, dan Mba Yunita.
Partisipasi aktif dari semua peserta, baik peternak maupun pemangku kepentingan lainnya, menjadi kunci keberhasilan FGD ini. Diskusi yang terjadi di FGD telah memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kondisi aktual terkait penggunaan antibiotik, residu antibiotik, dan resistensi bakteri di lingkungan peternakan. Selain itu, FGD juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk saling bertukar informasi, pengalaman, dan pandangan mereka tentang masalah tersebut. Sehingga memungkinkan terbentuknya pemahaman yang lebih komprehensif dan solusi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan terkait penggunaan antibiotik di sektor peternakan.
Dalam konteks penelitian ini, FGD tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data, tetapi juga sebagai platform untuk memberdayakan peternak dan pemangku kepentingan lainnya dalam memahami masalah yang dihadapi serta mencari solusi bersama. Melalui FGD, diharapkan dapat tercipta kesadaran kolektif tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang bijaksana di lingkungan peternakan.
Selain itu, FGD juga dapat menjadi wahana untuk memperkuat keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar yang kuat untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam mengelola penggunaan antibiotik di sektor peternakan.
Dalam suasana yang penuh kerjasama dan kolaborasi, FGD berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Diskusi yang terjadi memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi aktual terkait penggunaan antibiotik di lingkungan peternakan. Selain itu, FGD juga mendorong terbentuknya kesadaran kolektif dan semangat untuk mencari solusi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan terkait resistensi antibiotik.
Sebagai penutup, ucapan terima kasih disampaikan kepada semua peserta FGD, moderator, fasilitator, serta pihak-pihak terkait lainnya yang telah berkontribusi dalam keberhasilan acara ini. Semoga hasil dari FGD ini dapat menjadi sumbangan yang berarti dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan hewan, memperbaiki manajemen peternakan, dan mengelola penggunaan antibiotik secara bijaksana di sektor peternakan.